Obat TB Gratis Dari Pemerintah

Sebagai survivor tuberkulosis (TB) kelenjar, saya telah menjalani pengobatan sejak akhir tahun 2012 sampai bulan Agustus 2013. Pengobatan tersebut saya jalani selama 10 bulan, dan kemudian dokter menyatakan bahwa saya sudah sembuh (dalam arti kuman tuberkulosis di tubuh saya sudah mati). Mayoritas masyarakat Indonesia sampai saat ini masih memiliki persepsi yang keliru mengenai penyakit TB. Hal tersebut sudah pernah saya tulis dalam posting terdahulu mengenai apa sebenarnya penyakit TB dan jenis-jenisnya. Untuk informasi mengenai TB secara lebih menyeluruh, bisa dilihat di situs kncvtbc dan TB Indonesia.

Pada awalnya, saya mengalami gejala-gejala seperti suhu tubuh yang agak tinggi (tapi tidak terlalu tinggi seperti demam biasa) selama hampir satu bulan terus menerus, tubuh tidak fit, berat badan turun drastis, dan nafsu makan semakin berkurang. Puncaknya adalah muncul benjolan di leher sebelah kanan. Benjolan ini akan bertambah banyak, terus membesar dan terasa sakit. Saya divonis terkena TB setelah melakukan serangkaian tes di laboratorium klinik dan rumah sakit swasta. Tes tersebut adalah darah, dahak, rontgen, dan biopsy (pengambilan cairan dari benjolan di leher). Berdasarkan tes biopsy tersebut, cairan dari benjolan di leher saya positif mengandung kuman TB.

Dokter yang menangani saya langsung menyarankan untuk menjalani pengobatan rutin di rumah sakit swasta selama beberapa bulan sampai sembuh total. Tetapi setelah dua minggu pengobatan, saya merasa terlalu berat dengan biaya yang dikeluarkan untuk cek dokter dan membeli obatnya. Akhirnya saya mencari tahu alternatif lain mengenai pengobatan TB yang lebih ringan. Kebetulan seorang kerabat dari kawan saya bekerja di sebuah perusahaan farmasi, dan beliau memberikan beberapa artikel mengenai tuberkulosis serta program obat TB gratis dari pemerintah.

Berikut ini beberapa hal yang perlu kita ketahui mengenai obat TB dan proses pengobatan penyakit TB gratis dari pemerintah.

Read More »