Bertemu Kirsty Murray

Sebenarnya ini sudah terjadi cukup lama, tepatnya di bulan Oktober tahun 2013 kemarin. Karena pada waktu itu saya terlalu ecxcited, saya lupa menulis pengalamannya di blog. Jadi setelah saya bergabung dengan KPPI (Komunitas Penulis Perempuan Indonesia) region Bandung (dan kebetulan merupakan pusatnya), saya punya 3 kenalan baru di komunitas itu. Mereka adalah 3 penulis perempuan sekaligus pengurus inti dari KPPI, Langit Amaravati (cerpenis, novelis, penulis puisi), Meitha KH (penulis puisi), Ratna Ayu Budhiarti (penulis puisi) dan beberapa orang kawan mereka. Menyenangkan sekali bisa mengenal para penulis yang sudah lebih lama berkecimpung di dunia sastra dengan deretan karya yang sudah menyebar di media-media di Indonesia.

Kebetulan KPPI menjadi event organizer dari sebuah acara berjudul ‘Satellite Event’ yang merupakan bagian dari rangkaian acara Ubud Writers & Readers Festival 2013 di Bali. Nah, yang penjadi narasumber dari acara tersebut adalah Kirsty Murray, seorang penulis dari Australia. Saya yang waktu itu cuma pemeriah saja, langsung diajak untuk menjadi panitia Satellite Event. Tentu saya mau banget. Tapi saya tidak menyangka kalau akhirnya saya, Langit Amaravati, dan Meitha KH yang jadi panitia. Sebuah acara yang dimanage oleh 3 orang apakah bisa? Oh, bisa sekali! Saya sih hanya bantu-bantu saja sebenarnya, hehe.

Eh, kalian pernah dengar penulis bernama Kirsty Murray tidak sih? Sejujurnya, sebelum bertemu langsung dengan beliau, saya tidak pernah tahu kalau ada penulis novel anak-anak dan remaja bernama Kirsty Murray yang berasal dari Australia. Ini wajar saja, sebab menurut cerita beliau, beliau belum menembus pasar Amerika (buku yang sudah menembus pasar Amerika mayoritas akan lebih cepat bisa menyebar ke negara-negara Asia, salah satunya Indonesia). Kalau di ingat-ingat, iya juga sih. Kebanyakan buku terjemahan yang beredar di kita kan berasal dari pasar Amerika (walaupun belum tentu pengarangnya adalah orang Amerika). Dan kenapa itu bisa terjadi? Nanti ada cerita menarik dari Kirsty Murray, sayang saya hanya sedikit menangkap dari obrolan beliau 😥

Menurut beliau, bisa saja buku-buku beliau dimasukkan ke pasar Amerika, tapi dengan syarat karakter-karakter yang muncul dalam cerita-ceritanya harus sesuai dengan ‘selera’ pasar di sana. Tapi Kirsty tidak menyukai hal ini. Beliau lebih menggali karakter dan cerita-cerita dengan citarasa Australia dan negara-negara lain yang menjadi objek dalam ceritanya, misal India. Dan ini belum bisa diterima di pasar Amerika. Akhirnya Kirsty memasarkan sendiri bukunya dengan cara bekerjasama dengan berbagai pihak di Australia dan mengadakan tur-tur sendiri ke berbagai negara untuk mempromosikan dan membedah buku-bukunya. Bukunya yang sudah terbit banyak sekali, beberapa diantaranya ada Vulture’s Gate (yang diberikan kepada saya sebagai hadiah). Langit dan Meitha juga mendapatkan masing-masing novel yang berbeda.

Novel itu belum selesai dibaca sampe sekarang, soalnya berbahasa inggris :mrgreen:

Kirsty Murray berada selama 3 hari 2 malam di Bandung, dan saya ikut menemani beliau semenjak datang di bandara Husen Sastranegara (saya baru tahu kalau bandara ini betul-betul kecil dan apa adanya) sampai kembali ke Ubud 3 hari kemudian. 3 hari yang sangat amazing bersama seorang penulis yang sama sekali tidak bisa berbahasa Indonesia! Saya sempat sangat grogi dan bingung, kira-kira saya ngapain selain bengong karena bahasa inggris saya pas-pasan? Untungnya, Kirsty (beliau ingin dipanggil Kirsty saja) sangat ramah, seneng bercerita, dan bisa memahami dengan cepat walaupun saya menanggapi obrolannya dengan balelol. Sungguh memalukan, haha! *tertawa tersedu-sedu*

Kami menghabiskan waktu berjalan-jalan di kota Bandung, dan beliau sangat menikmati kondisi angkot, makanan khas sunda (saya minta beliau mencoba petai, sayang jengkol belum nemu wkwkwk), sambel, batagor, surabi, tempe, dan makanan lainnya yang tidak akan dia temukan di Australia. Kirsty juga belajar bahasa Indonesia dan bahasa Sunda dengan cukup cepat. Kami juga menonton latihan teater CCL di daerah Ledeng. Kirsty banyak bercerita soal pengalamannya dalam menulis, keluarga, dan perbedaan bahasa inggris Amerika dengan Australia. Kelihatannya bahasa inggris itu sama saja (kecuali logat british), tapi ternyata ada beberapa hal yang berbeda.

Sebenarnya banyak cerita dari 3 hari itu. Tapi tidak mungkin saya tulis semua, bisa kepanjangan nanti. Kirsty, sebagaimana karakter orang asing pada umumnya, beliau berbicara apa adanya, tidak suka berbasa-basi, pembelajar cepat, dan sangat suka semua makanan yang kami tawarkan kepadanya. Beliau juga lucu. Untuk menemani Kirsty selama di Bandung, dilibatkan juga Pak Revki pemilik studio rekaman (salah satu lagunya, Wilujeng Sumping di Bandung enaaaak banget lagunya dijadikan sebagai background dalam acara satellite event) sama Pak Fotografer dari situs Ruang Publik.

Ini adalah pengalaman pertama bergaul dengan ‘bule’ dalam waktu yang sangat lama dan menjadi semacam tour guide selama di Bandung. Saya merasa sangat senang! Senang karena bisa belajar bahasa inggris langsung, praktek secara spontan selama 3 hari dengan orang asing! Saya mengirim email kepada beliau sesudah semua acara selesai, dan beliau juga merasa senang katanya. Di waktu yang lain, saya ingin bertemu Kirsty Murray lagi, dan beliau mengatakan akan sangat menunggu dan siap menyambut apabila kami bertiga nanti datang ke Australia. Haaaa…pengen banget, kapan yaa bisa ke sana?

Oya, Kirsty menyebut (menilai) kami bertiga dengan kekhasan karakter yang berbeda-beda. Langit itu sexy dan smart, Meitha KH tipe fashionable dan beautiful, lalu saya? Saya mah katanya kind dan lugu (seperti kanak-kanak). Uh, padahal sebenarnya kan saya tidak begitu.

Thank you Kirsty Murray! Let’s meet again someday.

 

 

One thought on “Bertemu Kirsty Murray

Leave a comment