Tahukah Kamu Tentang TB Resisten Obat?

Tau gak? Saya juga belum tahu. Yuk kita cari tau sama-sama.

Resistensi obat itu apa sih?

Dari kamus kesehatan, katanya resistensi obat adalah perlawanan yang terjadi ketika bakteri, virus, dan parasit lainnya secara bertahap kehilangan kepekaan terhadap obat yang sebelumnya membunuh mereka. Saat obat lebih banyak digunakan, risiko resistensi obat meningkat karena kasus penggunaan antibiotik yang tidak tepat atau putus obat meningkat.

Begitu juga dalam kasus penyakit tuberkulosis (TB). Ketika kuman penyebab TB yaitu Mycobacterium tuberculosis menjadi kebal terhadap OAT (obat anti tuberkulosis), maka munculah kasus TB Resisten Obat. Jadi kuman tersebut sudah tidak bisa lagi dibunuh dengan obat-obatan yang biasanya digunakan dalam pengobatan TB. Untuk lebih jelasnya mengenai definisi TB Resisten Obat ini, kamu juga dapat membacanya di situs PPTI dan TB Indonesia.

Menurut Departemen Kesehatan, disebutkan bahwa saat ini permasalahan resistensi terhadap obat TB masih tercatat pada level tinggi di dunia. Hal tersebut berdasarkan laporan dari WHO yang melakukan survei di beberapa negara, dan ini memicu perlawanan yang lebih frontal terhadap TB. Di Kompas juga disebutkan bahwa saat ini kuman tuberkulosis makin kebal obat. Penyebaran kuman yang resisten pada obat tersebut sudah mengkhawatirkan, terutama jika terjadi di area yang kebersihannya rendah, dan akses terhadap obat juga terbatas.

Trus, kenapa sih kuman TB bisa kebal terhadap obat anti tuberkulosis (OAT) ?

Ada beberapa penyebab yang memungkinkan kuman TB menjadi resisten (kebal) terhadap obat, yaitu salah satunya karena penderita TB tidak mendapatkan atau tidak menjalani pengobatan lengkap dan tuntas sampai sembuh. Berdasarkan sumber-sumber dari Depkes, Wikipedia, Kompas, TB Indonesia, dan PPTI disebutkan bahwa beberapa penyebab TB Resisten Obat diantaranya adalah :

  1. Tidak mendapatkan atau tidak menjalani pengobatan secara lengkap dan tuntas sampai dokter menyatakan bahwa pasien tersebut sembuh total. Hal ini bisa menyebabkan kambuhnya TB yang berpotensi menjadi resisten terhadap obat.
  2. Terlambat mendapatkan diagnosis TB Resisten Obat sehingga tidak segera ditangani sesuai prosedur kesehatan.
  3. Proses atau prosedur pengobatan TB yang tidak sesuai standar. Ini bisa terjadi jika petugas kesehatan melakukan kesalahan dalam proses pengobatan, misalnya dalam hal paduan, dosis, lama pengobatan, dan memberikan obat berkualitas rendah.
  4. Terbatasnya suplai obat.
  5. Tertular secara langsung dari penderita dan berada di wilayah dengan beban TB Resisten Obat yang tinggi.
  6. Rendahnya tingkat pemahaman masyarakat terhadap TB Resisten Obat

Lalu bagaimana cara mengobati TB Resisten Obat ?

TB Resisten Obat memerlukan penanganan yang lebih lama (yaitu 18-24 bulan) dan lebih sulit, tapi tetap bisa disembuhkan.  Harga obatnya juga lebih mahal (kira-kira 100 kali lipat dibandingkan TB biasa). Jumlah obatnya lebih banyak dan efek yang disebabkan obat tersebut juga lebih berat. (Sumber : TB Indonesia).

Pertama-tama, pasien harus melakukan diagnosa laboratorium secara menyeluruh untuk menetukan apakah positif atau tidak mengidap TB Resisten Obat. Ketika dinyatakan positif, maka pasien harus berkonsultasi dengan petugas kesehatan agar dilakukan pengobatan sesuai standar. Di situs PPTI ini di sebutkan bahwa penanganan bisa dilakukan dengan strategi DOTS. Beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya :

  1. Pasien TB Resisten Obat harus diobati dengan paduan obat khusus yang mengandung obat anti tuberkulosis lini kedua.
  2. Paling tidak harus digunakan empat obat yg masih efektif dan pengobatan harus diberikan paling sedikit 18 bulan.
  3. Pasien harus dipastikan dan diawasi untuk selalu patuh terhadap pengobatan.
  4. Konsultasi dengan dokter atau petugas yang berpengalaman dalam menangani pasien TB Resisten Obat.

Sebelum semua itu terjadi, bagaimana pencegahan TB Resisten Obat?

 Melihat dari fakta-fakta di atas, TB Resisten Obat memang sangat berat dan memerlukan energi serta biaya yang sangat besar untuk menanganinya. Tapi bukan berarti tidak ada harapan untuk sembuh jika prosedur pengobatan dilakukan dengan benar sesuai standar. Yang terpenting adalah, kamu tetap berhati-hati dan selalu waspada untuk mencegah terjadinya hal yang lebih buruk. Katanya, mencegah lebih baik daripada mengobati kan?

Kemudian apa yang bisa dilakukan agar TB Resisten Obat ini tidak semakin berkembang?

Seperti yang sudah saya tulis di atas mengenai hal-hal yang menyebabkan munculnya TB Resisten Obat, maka pencegahannya pun bisa berupa hal yang menjadi kebalikannya. Beberapa hal di bawah ini mungkin bisa dilakukan (beberapa diantaranya saya ambil dari situs TB Indonesia dan Kompas) :

  1. Bagi pasien TB biasa diharuskan melakukan pengobatan secara tuntas dan senantiasa konsultasi dengan petugas kesehatan terkait agar tidak terjadi kekebalan (resisten) obat.
  2. Melakukan diagnosa dini untuk setiap pasien terduga TB Resisten Obat, apabila positif maka segera dilakukan tindakan pengobatan.
  3. Melakukan pengobatan TB sesuai standar dan adanya Petugas PMO (pengawas makan obat) sehingga setiap pasien dapat selalu disiplin dalam pengobatan, memberikan dorongan, dan mengingatkan untuk periksa ulang dahak secara teratur.
  4. Meningkatkan suplai atau ketersediaan obat.
  5. Senantiasa menjaga kesehatan dengan menerapkan gaya hidup sehat terutama jika mengetahui adanya anggota keluarga atau orang-orang terdekat yang menderita penyakit ini.
  6. Pemerintah menyelenggarakan program penyuluhan dan penyebaran informasi yang lebih gencar lagi, khususnya mengenai TB  Resisten Obat secara terpadu, berkesinambungan, dan konsisten dengan cara melakukan pendekatan langsung kepada masyarakat terutama di pedesaan.

Satu hal lagi, menurut berita di Kompas, ada obat tuberkulosis jenis baru yang akan segera beredar di pasaran. Mudah-mudahan ini memberikan harapan baru dalam sistem perlawanan terhadap TB dengan segala variannya.

Semoga bermanfaat 🙂

One thought on “Tahukah Kamu Tentang TB Resisten Obat?

Leave a comment