Menyambut Kebaruan

http://pixabay.com/

Saat saya membuka mata, saya tahu bahwa hari ini adalah hari yang baru. Kemarin sudah usai beserta semua kesempatan –kesempatan yang berada bersamanya. Sejenak mengingat hari –hari kemarin adalah hal yang menyenangkan. Sejenak masa lalu kembali di ingatan seperti potongan slide –slide film yang diputar ulang. Kau seperti melihat melalui sebuah pintu besar –kau berdiri di ambang pintu itu, menyaksikan dirimu yang lain pada masa –masa yang sudah kau lewati sebelumnya.

Ada yang salah. Banyak yang salah di situ –kadang saya berpikir demikian. Tak sadar kaki melangkah melalui pintu itu untuk menggapai seseorang mirip diri kita sendiri di baliknya, untuk menariknya pergi dan mengingatkannya bahwa terlalu banyak hal yang salah yang telah dia lakukan. Tapi tak satupun bagian dari tubuh kita bisa menjangkaunya. Karena waktu tak pernah mengijinkan kita untuk sedetikpun kembali ke sana.

Kaki saya pun berbalik kembali, keluar dari pintu. Ini sudah cukup. Cara –cara terbaik melanjutkan hidup dan berbahagia dengannya adalah memaafkan apapun diri saya di masa lalu. Karena yang terbaik adalah, selalu dan tentu saja, melanjutkan langkah lagi walau kaki sudah terlampau penuh luka menganga dan berdarah –darah. Bersama misteri –misteri hari esok yang belum tentu datangnya.

Saya kadang bersedih, ya tentu saja saya sering mengalaminya. Kehilangan banyak hal adalah keniscayaan, tetapi datangnya hal –hal baru adalah kepastian juga. Dan apa yang telah saya lewatkan? Kehidupan bersama keluarga, tempat kerja, kawan –kawan, selalu punya hal yang baru di baliknya. Selalu ada warna di dalamnya, kesedihan dan kebahagiaan bersatu padu membuat saya sadar bahwa saya seorang manusia –mestinya itu membuat saya menjadi semakin manusiawi.

Mari menutup pintu itu. Biarkan ia hanya tampak sekilas saja untuk bisa saya lihat sebentar sebagai cermin sehingga saya tak pernah lupa.

Dan ini adalah sebuah langkah baru, hari ini. Membuat perubahan yang berbeda –saya yang baru. Hidup pada kekinian di dunia yang bisa saya sentuh. Sebab saya hanya ingin hidup dengan cara –cara yang dicintai-Nya.

Mari. Mari. Mari melanjutkan langkah dan merayakan kehidupan…

[catatan singkat menyambut waktu hidup yang semakin lama, dan semakin menua seperti juga sang bumi ini]

2 thoughts on “Menyambut Kebaruan

Leave a comment