Tentang Khutbah Jumat

Bagi setiap laki -laki muslim, sholat jumat merupakan sebuah kewajiban seperti halnya shalat -shalat wajib lainnya. Dan salah satu ke-khas-an shalat jumat (selain tentunya karena dilaksanakan pada hari Jumat, namanya juga Shalat Jumat), adalah adanya khutbah jumat yang merupakan bagian dari rukun shalat jumat itu sendiri.

Tapi, pernahkah anda berpikir bahwa pola dan kondisi khutbah Jumat dari generasi ke generasi hanya begitu -begitu saja? Setidaknya, di lingkup Indonesia. Saya bisa menggambarkan khutbah jumat itu seperti ini : sekumpulan jamaah yang duduk tenang dalam satu tempat, di depannya tampil seorang khatib -sang penyampai khutbah. Lalu sang khatib menyampaikan rangkaian doa pembuka, melihat teks khutbah dan membacakannya. Ini terjadi selama beberapa menit. Bisa dikatakan, kita hanya mendengarkan rangkaian pesan -pesan ceramah yang setiap hari jumat kita dengar -sehingga sudah merupakan sebuah rutinitas yang tidak istimewa.

Mari kita jujur pada diri sendiri, berapa banyak dari anda yang benar -benar memahami apa yang disampaikan sang khatib dan kemudian merasa ada yang sesuatu hal positif yang mengubah diri anda -atau setidaknya, cara berpikir anda. Bukankah kebanyakan kita mendengarkannya saja, lalu berlalu begitu saja saat kita keluar dari tempat shalat? apa yang kita dapatkan dari mendengarkan ceramah tersebut? Bukankah kita, sebagian besar selalu merasa tiba -tiba sangat mengantuk dan tertidur sambil duduk? Walaupun tentu tidak semuanya seperti itu. Ayo, kita mengaku saja.

Shalat berjamaah merupakan salah satu cara efektif dalam pengumpulan massa, terutama para laki -laki, dan adanya menit -menit khutbah dalam shalat jumat merupakan sarana yang keren untuk pendoktrinan hal -hal yang keren juga. Akan lebih keren lagi jika hal -hal yang disampaikan tidak hanya berakhir pada menambah keimanan dan ketakwaan secara personal, akan tetapi menghasilkan solusi atau diskusi bersama tentang masalah kontemporer kekinian yang terjadi di sekitar kita, yang dekat dengan kita.

Lalu saya mulai berkhayal tentang beberapa pertanyaan untuk merekontruksi bentuk khutbah jumat, diantaranya seperti ini :

1. Materi khutbah.

Bisakah kita menambah materi -materi khutbah/ceramah dengan hal -hal yang lebih nyata terjadi di sekeliling kita. Misal tentang kemiskinan di beberapa daerah di indonesia yang disajikan dengan lebih spesifik dengan data -data faktual, pembunuhan yang kian marak terjadi, harga -harga yang kian melambung, kerusuhan dengan isu agama, pemimpin -pemimpin indonesia yang gemar korupsi, anak -anak korban narkoba dan candu lainnya, TKW korban perkosaan, istri -istri korban kekerasan rumah tangga, dan lain sebagainya. Semua disajikan dengan data akurat beserta contoh kasus, sehingga paling tidak bisa menimbulkan diskusi.

2. Metode/cara penyampaikan khutbah.

Apakah anda berpikir juga bahwa selama ini khatib anda kebanyakan membosankan dan bikin ngantuk? Dengan suara yang mendayu, membacakan teks ceramah, dan kita tidur. Saya berpikir, alangkah kerennya sang khatib dengan suara lantang, menjelaskan dengan gaya trainer aktif, dan memakai media semacam laptop serta in focus dengan layar lebar di depan para jamaah. Jadi kita tidak hanya terkantuk mendengarkan khutbah, tapi ada visualisasi gambar besar yang menunjang penjelasan khatib yang diharapkan tidak membosankan jamaah. Bagaimana, apakah khutbah atraktif seperti ini bisa dilakukan dan tidak melanggar aturan khutbah ?

3. Adanya diskusi/ tanya jawab dengan para jamaah.

Jamaah mesti dilibatkan. Apabila ada yang tidak paham, kita tak bisa hanya diam saja kan? Bisakah kita menampung aspirasi -aspirasi jamaah dalam khutbah dan sang khatib terbuka  menerima usulan mengenai permasalahan yang dibahas, sehingga suasana khutbah menjadi lebih hidup dan menyenangkan?

Dalam khutbah, jamaah terdiri dari berbagai rentang usia: anak -anak, remaja, dewasa, dan para orang tua. Sehingga agar pola diskusi dalam khutbah tidak memanjang (karena waktu khutbah yang singkat), maka sang khatib harus cerdas dalam mengatur diskusi ini dan mengambil kesimpulan yang tepat.

 

Nah, apakah pertanyaan -pertanyaan saya tersebut sudah cukup ngawur? Saya pikir, dulu Rasulullah pun berkhutbah dengan suara lantang sehingga semua jamaah dengan khusyu mencermati isi dari ceramah beliau, tapi sayangnya saya belum belajar/membaca cara khutbah Rasulullah.

Pada masa kekinian, kita punya banyak media yang bisa dimanfaatkan untuk lebih meningkatkan kualitas khutbah jumat. Sehingga khutbah jumat tidak hanya dipandang sebagai rutinitas dan berakhir dengan ngantuk. Beberapa menitpun sungguh berharga jika kita bisa menggunakannya untuk memikirkan cara -cara terbaik berpartisipasi dalam memajukan umat manusia.

[Gambar dari sini]

3 thoughts on “Tentang Khutbah Jumat

  1. pertanyaan 1, sudah banyak dilakukan oleh para khatib…
    pertanyaan 2, mungkin dapat dilakukan…
    pertanyaan 3, sepertinya kok dak bisa ya… kalau memang mau mengadakan tanya jawab, ya, adakan saja majelis setelah sholat jumat

    m(_ _)m

    Like

  2. @pak spidol
    sila :mrgreen:

    @pak suandana
    iya, memang demikanlah. Yang opsi ketiga itu hanya bertanya saja. Klo menurut hukum tidak bisa, ya tentu tak boleh dilakukan.
    Apa kabar pak? 😀

    Like

Leave a comment