Untuk seorang ibu yang telah kehilangan putranya

Beberapa waktu lalu saya menerima sebuah sms dari seorang sahabat dekat, “Ma, anakku sudah meninggal…namanya Annas”. Ingin rasa saya memeluknya. Tapi jarak yang memisahkan membuat saya hanya bisa bersimpati lewat sms, tak lebih. Putranya yang baru berusia 6 minggu dalam kandungan sudah tiada. Dan beliau sudah memberikan nama padanya, Annas.

Padahal sebelum menerima sms itu, saya sempat membahas tentang penyitaan anak, dan tiba –tiba saja mendapatkan berita duka ini. Saya jadi berpikir banyak hal. Segumpal daging itu bukan hanya segumpal daging, tapi akan lebih berharga daripada nyawa. Kita, para wanita, akan memberikan separuh nyawa untuk kehidupannya. Memberikan separuh badan untuk tempat tinggalnya selama berbulan –berbulan. Walau bahkan pada akhirnya kita tak bisa menjaganya untuk tetap hidup.

Saya agak khawatir dengan proses pembersihan janin dari rahimnya (kuret, red). Saya sungguh sangat awam dalam masalah ini, tapi saya ingin memastikan bahwa proses kuret dia sehat dan aman, oleh dokter yang kompeten.

Saya belum pernah hamil, dan tidak tahu bagaimana rasanya dihinggapi segumpal daging di dalam tubuh. Daging yang akan terus tumbuh dan hidup. menjadi bagian darinya, dan ikatan psikologis yang merentang dengannya. Tapi, sebagai seorang anak yang punya ibu dan merasakan bagaimana cintanya terus memberikan energi kehidupan pada saya, saya sedikitnya bisa membayangkan bahwa pada dasarnya setiap ibu akan merasa sedih saat kehilangan anaknya. Pun jika anaknya itu belum sempat dilahirkan. Walau saya tak bisa tahu sedalam apa sedihnya karena saya belum mengalaminya.

Seandainya Annas dapat hidup lebih lama dan kita melihatnya menangis saat kau lahirkan, sahabatku, kira –kira akan seperti apa ya wajahnya? Akan menjadi apa dia nanti ? kita bisa membayangkan kebahagiaan yang lebih saat dia bisa terlahir dengan selamat, tapi mungkin, tempatnya yang lebih bukan bersama kita kan? Tempatnya yang lebih baik berada di sisi Allah SWT, jadi Dia pun mengambilnya kembali.

Mungkin nanti, saya pun akan merasakan bagaimana calon manusia itu berada dalam tubuh saya, dan saya pasti harus menjaganya dengan baik. Saya pikir, jika kita mencintainya dan mengharapkan kehadirannya, maka yang perlu saya lakukan adalah menjaga diri saya sendiri dengan baik saat sedang mengandungnya. Karena kondisi tubuh kita –sang inang –akan sangat berpengaruh pada kondisi janin. Jadi, kita harus tetap sehat dan terus belajar bagaimana menjaga kesehatan dalam segala aspeknya saat kehidupan kita sudah berubah.

Semoga sahabat sayapun tetap sehat, dan sabar. Jika kita sudah berusaha sebaik –baiknya untuk mempertahankannya, dan dia tetap pergi, maka setidaknya nanti kita bisa berusaha lebih baik lagi dengan belajar pada pengalaman ini. Allah pasti telah mempersiapkean sesuatu yang lebih baik.

3 thoughts on “Untuk seorang ibu yang telah kehilangan putranya

Leave a comment