The Art Of Cooking

Satu hal yang saya pelajari dalam beberapa tahun terakhir ini, selama tinggal dengan teman yang hobi memasak, bahwa ternyatamemasak itu adalah hal yang menyenangkan. Karena memasak menurut saya adalah skill yang sungguh mengagumkan, terlepas dari skill itu dimiliki oleh laki –laki atau perempuan.

 Dulu saya sering menganggap kegiatan memasak itu terlalu merepotkan. Apalagi dengan bumbu –bumbu beragam yang berbeda untuk tiap masakan. Saya tidak bisa menghapalnya dengan cepat, dan juga tidak terlalu bisa mengatur takaran bumbu tersebut. Kalau takarannya kurang pas, bisa –bisa rasanya jadi mengerikan.

 Ibu saya mengatakan bahwa bagi kaum perempuan, kemampuan memasak adalah hal yang wajar dimiliki. Tapi bagi saya, hal itu tetap istimewa (mungkin karena saya sendiri sampai saat ini masih awam dalam masak memasak). Menurut beliau, bagi perempuan, setelah terbiasa memasak maka tidak perlu khawatir dengan takaran –takaran bumbu yang tidak pas. Sebab dengan sendirinya feeling –lah yang berbicara.

 Bagi saya, ya, kemampuan memasak yang enak merupakan hal yang luar biasa mengagumkan. Saya ingin sekali bisa memasak yang sangat enak. Alasannya sederhana saja, walaupun dibilang konservatif atau apapun itu, tapi memasak adalah satu ungkapan cinta. Walaupun tidak untuk alasan komersil, tapi minimal, dengan masakan yang lezat yang dimasak dengan sepenuh hati dan perasaan, saya bisa menyuguhkan masakan itu bagi orang yang saya kasihi. Karena apa yang dimakannya akan mengendap dalam tubuhnya, menjadi energi untuk beraktivitas dalam kesehariannya. Sepertinya akan sangat menyenangkan saat melihat orang yang kita kasihi makan dengan lahap seluruh makanan yang kita buat itu kan?

 Lalu rasa? Ya itulah yang mesti dipelajari dan cari terus ilmunya. Kadang memang agak mengesalkan jika masakan tidak enak terus, seperti yang terjadi dengan saya, hehe. Alih –alih membuat masakan terlezat sedunia (jadi ingat postingan lebay saya di blog lama ”Masakan Mina Paling Enak Sedunia), malah terjadi insiden melulu saat memasak. Parah juga.

 Akhir –akhir ini saya sedang kesengsem masak nasi goreng terus, sampai enek melihat nasi goreng. Tapi sayangnya, di kosan yang baru sekarang belum ada fasilitas memasak jadi belum bisa masak lagi. Uh….

 Tetapi pujian untuk ’masakannya enak’ bisa membuat saya meloncat –loncat kesenengan. Di rumah, adik laki –laki saya dan Bapak saya termasuk sangat kritis soal rasa masakan. Pada awalnya, adik saya selalu menghina –dina masakan saya, tapi ludes dimakan juga ternyata. Rupanya rasa sayangnya ke saya melebihi rasa masakan yang tidak enak, atau mungkin dia sedang kelaparan. Tapi saya sangat senang. Bisa memasak untuk seluruh keluarga, walaupun masakannya semacam sayur sop yang terlalu banyak pedes –nya atau terlalu sedikit air –nya sehingga asin tak terkira. Tetapi lama -lama, adik dan Bapak saya mengatakan, “lumayanlah”. Haih senengnya~.

 Yah, memasak dengan hati. Untuk orang yang dicintai. Menyenangkan sekali !!! Saya ingin bisa memasak se –enak –enaknya. Semangat !!!

Selamat memasak, ya.

(gambar dari sini)

21 thoughts on “The Art Of Cooking

  1. Tapi saya sangat senang. Bisa memasak untuk seluruh keluarga, walaupun masakannya semacam sayur sop yang terlalu banyak pedes –nya atau terlalu sedikit air –nya sehingga asin tak terkira.
    .
    saya kok jadi teringat lagu jadu
    .

    ma tarasi tutung
    keun urang balikeun
    ma si nyai pundung
    keun urang kawinkeun
    .

    .
    😆

    Like

  2. Alasannya sederhana saja, walaupun dibilang konservatif atau apapun itu, tapi memasak adalah satu ungkapan cinta

    Memang benar mbak, cinta itu (bagi kaum pria) kadang bisa muncul dari persembahan masakan yang istimewa (asal rasanya memang mantabs). Tapi banyak kerusakan dunia juga bersumber dari perut dan sekitarnya.

    Jadi memasak juga harus dilakukan dengan hati-hati, jangan sampai masakannya nggilani lalu sang pria idaman grusa-grusu cari makan di luar. 😆

    Like

  3. ehm… mari memasak
    bagi wanita jaman sekarang justru hal yang sangat penting ini menjadikan mereka sungguh naif berpikir bahwa memesak bukan jamanya lagi bagi wanita alasannya kuku patahlah, nanti tangan kasarlah, juga sepertinya ketergantungan terhadap pembantu sangat menonjol…

    padahal bila wanita pandai memasak seorang laki-laki (walapun jaim) didalam hatinya akan bersorak ” Horeeeee…. calon istriku bisa masak…..enak lagi”

    hebatnya hanya dengan sebuah kepandaian memasak saja bisa sangat 2membahagikan orang2 yang kita kasihi..

    salam selamat memasak lagi… semangat walapun asin… hehehehehe

    Like

  4. —Lee—
    hiks, saiya malah skarang ndak punya dapur 😦

    –Kang Gembel–
    dikawinkan? mauuuuuuuu >_____<'
    :mrgreen:

    –Mas Lambang–
    iya, hati -hati untk memasak yang halal saja. seimbang tentunya shingga ga kekenyangan tiap dimasakin :mrgreen:

    –Mas Baju–
    hohoho…. ya begitulah

    –Enggink–
    wah, apa kabar mas? dah lama juga nih ga ke blog mas enggink. iya ini blog baru, dan ternyata 'rasa'nya emang masih sama ya, hehe…

    Like

  5. Eh….! baru tau ya,kalo memasak itu menyenangkan.
    Apalagi kalau masakan kita disukai banyak orang.
    Senengnya gak ketulungan.
    ‘tapi giliran banyak yang gak suka,benar2 menyebalkan.
    Sampai-sampai rasa ingin menghamburkan masakan.
    Eh,saya juga bisa loh masak.
    Dari tradisional sampe produk import.
    .
    .
    * serius loh*

    Like

  6. -ibeng-
    hehe, ya jgn sampe ngamburin makanan la, sayang kan.
    -zephyr-
    lha jgn cuma pengen dong. Praktekan :mrgreen:
    -mas baju-
    eh ada mas nya. Alhamdulillah sy baik. Mas gmn kbrnya? Lama tak brsua halah. Eh itu atheis nya kok ndak ol2 ?

    Like

  7. Itukan cuma rasa.
    Gak langsung aku buang.
    Ya…!, akhirnya aku buang juga,abis sudah satu minggu gak di makan.
    ‘di buang bukan karna gak ada yang makan.
    Tapi..karena sudah basi gak dah yang makan.gituh neng maksudnya.
    He..he..he..!Ujung2 di buang juga,tapi..bukan katagori mubajirkan..!

    Like

  8. Hehe, dasar. Sayang bgt ya. Pdhl d kasih k tetangga atw k siapa gtu biar ga dbuang. Sayang kan udh cape2 dmasak ? T.T
    eh mas ibeng bs masak jg ya? Sy percaya sih.. Kalo udh nyoba lngsung tentunya 😛

    Like

  9. Aku hobinya mkanan laut.
    Kamukan gak suka mkanan laut.
    ‘tapi tenang dulu,nanti aku kasih resep manisan cumi_cumi,kamu pasti suka, belum taukan.!

    Like

  10. Sy emg lebih suka masakan vegetarian kyk sayur lalapan. Wlw sbenarnya sy suka smua masakan enak! XD
    tp makanan laut sy ga suka. Cumi2 jg kdg2 aja.
    Hayo jgn teori doang, mana masakannya. Beneran mau dkasih masakan? :p

    Like

  11. Nanti tak traktir di wrng kopi.
    wadooh…ko’ warung kopi..!
    bandung teh jauh pisan.. nyak’..

    1 kg, cumi2, cuci bersih.
    gula merah secukupnya.
    cabe rawit,garam,asam madura,sesuai selera.
    haluskkann,masak tumis,tuangkan cumi2 yang sudah di potong2.aduk2 hingga rata.

    *selamat mencoba*

    Like

  12. Jangan di buang, kan sayang.
    kasih tetangga aja, ‘kalo tetangga mau.
    he..he..he..!
    itu pengalaman aku wktu di ajak mkan sama temen.
    rasanya seperti masak gulai,karena di campur buah,nanas,mangga dn ketimun.
    makanya di sebut manisan cumi2.
    maaf, aku ngasih resepnya ada yng kurang.
    jadi rasanya agak hambar.

    Like

Leave a reply to Emina Cancel reply